7/24/2011

“AKHLAQ RASULULLAH SAW CERMINAN RAHMATAN LIL ALAMIN”

Orang yang belas kasihan akan dikasihi Arrahman (Yang Maha Pengasih), karena itu kasih sayangilah yang di muka bumi, niscaya kamu dikasih-sayangi mereka yang di langit. (HR. Bukhari)

Barangsiapa tidak mengasihi dan menyayangi manusia maka dia tidak dikasihi dan tidak disayangi Allah. (HR. Bukhari)

Islam sangat menggalakkan terjadinya hubungan sosial antar sesama manusia berdasarkan pergaulan yang baik dan akhlak yang mulia. Hal itu akan berdampak positif terhadap individu dan masyarakat. Oleh karena itu, banyak sekali nash-nash al-Qur’an maupun hadits yang menganjurkan agar berinteraksi melalui akhlak seperti ini. Allah Ta’ala berfirman, “Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (Q.s.,al-a’râf:199) dan firman-Nya, “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”(Q.s.,Fushshilat:34)

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus rodhiallohu ‘anhu, Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Alloh mewajibkan (kalian) berbuat baik terhadap segala sesuatu, maka bila kalian hendak membunuh orang (dalam peperangan ataupun yang lainnya), bunuhlah dengan cara yang baik, dan bila kamu menyembelih (binatang), maka sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah kalian menajamkan pisau dan memperlakukan hewan sembelihan dengan lembut.” (HR Muslim)
Surat At Taubah ayat 128
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
128

Seorang muslim wajib meneladani Rasulullah SAW., yang telah dijelaskan Allah sifatnya dalam firman-Nya, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(Q.s.,al-Qalam:4). Dalam firman-Nya yang lain, Allah Ta’ala telah memerintahkan agar meneladani beliau SAW., “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat.” (Q.s.,al-Ahzâb:21)


Kepada Rasulullah Saw disarankan agar mengutuk orang-orang musyrik. Tetapi beliau menjawab: "Aku tidak diutus untuk (melontarkan) kutukan, tetapi sesungguhnya aku diutus sebagai (pembawa) rahmat." (HR. Bukhari dan Muslim).


Seorang mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang keji dan yang ucapannya kotor. (HR. Bukhari)

Pada permulaan bulan Ramadhan tahun ke-10 Hijrah, Nabi berangkat ke Mekkah bersama 10.000 orang pasukan. Nabi berkemah di Marr’uz Zahran, jaraknya kira-kira satu hari perjalanan dari makkah. Sementara itu pihak Quraisy belum juga mengetahui pasukan kaum Muslimin yang segera memasuki kota Makkah itu, mereka masih dalam kebingungan, bagaimana caranya menangkis serangan kaum Muslimin.
      ‘Abbas paman Nabi yang selama ini selalu memimpin perang melawan Nabi dan kaum Muslimin, dengan diam-diam telah meninggalkan barisan kaum Quraisy, pergi mendapatkan nabi menyatakan keIslamannya.
Abu Sufyan yang boleh dikatakan rajanya kaum Quraisy sesudah matinya Abu Jahal,serta ahli perang yang kenamaan, telah mengikuti pula akan jejaj ‘Abbas. Ia dating menghadap ‘Abbas untuk dibawa kehadapan nabi guna menyatakan keislamannya. Selanjutnya setelah menyatakan keIslamannya Abu Sufyan kembali keMakkah dengan hati tentram. Kepada kaumnya diceritakan jumlah dan kekuatan tentara kaum Muslimin, yang tidak akan dapat dibendung oleh siapapun juga. Tetapi barang siapa dating kerumahku (Abu Sufyan) orang itu akan selamat dan barang siapa menutupi pintu rumahnya orang itu akan selamat dan barang siapa berlindung dibawah Ka’bah orang itu juga akan selamat. Dengan demikian berarti bahwa kota Makkah menyerah tanpa syarat.
Mulailah Nabi dankaum Muslimin bergerak memasuki kota Makkah. Setelah sampai di Dhu Tuwa, dilihatnya tidak ada perlawanan dari pihak Quraisy, lalu pasukannya dihentikan. Mereka bersama-sama membungkuk menyatakan rasa syukur kepada Allah Ta’ala yang telah membukakan pintu Lembah Wahyu dan tempat rumah suci itu sehingga mereka dapat masuk dengan aman dan tentram.. Sungguhpun demikian Nabi Muhammad SAW beserta kaum Muslimin tetap selalu waspada dan berhati-hati. Diperintahkannya pasukan supaya jangan sampai melakukan pertempuran, jangan samapi meneteskan darah kecuali jika sangat terpaksa sekali. Zubair bin ‘Awwam dalam memimpin pasukan itu ditempatkan pada sayap kiri dan diperintahkan memasuki Makkah dari sebelah utara. Khalid bin Walid ditempatkan pada sayap kanan dan diperintahkan supaya memasuki Makkah dari jurusan bawah. Sa’ad bin Ubadah yang memimpin orang Madinah supaya memasuki makkah dari sebelah barat, sedang ‘Abu Ubaida bin jarrah oleh Nabi Muhammad SAW ditempatkan dalam barisan Muhajirin dan bersama-sama memasuki Makkah dari bagian atas dikaki gunung Hind.
      Pada saat Nabi beserta kaum Muslimin memasuki kota kelahirannya itu, dari pihak Quraisy tidak ada perlawanan sama sekali kecuali pasukan Khalid bin Walid yang dihujani anak panah, karena itulah Khalid bin Walid terpaksa membalas denagn serangan. Melihat kejadian itu Nabi merasa sedih sekali dan berteriak geram. Lalu dipanggilnya Khalid bin Walid untuk menjelaskan kejadian tersebut. Setealah diketahuinya apa yang terjadi itu, teringatlah ia bahwa yang sudah dikehendaki Allah, itulah yang terbaik.
Selanjutnya Nabi Muhammad SAW memasuki Ka’bah membersihkannya dari patung-ptung berhala. Beliau bersama kaum Muslimin melakukan Thawaf sebanyak tujuh kali. Selesai beliau melakukan Thawaf, dipanggilnya Ustman bin Thalhah juru pintu Ka’bah untuk membukakan pintu. Sekarang nabi Muhammad SAW berdiri didepan pintu, penduduk makkah yang puluhan ribu jumlahnya sudah berkumpul disitu. Mereka menunggu-nunggu tindakan apakah yang akan dilakukan Rasulullah setelah menduduki makkah. Lalu beliau berpidato dihadapan mereka itu serta membacakan firman Allah SWT Surat Al Hujuraat ayat 13 :

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
13
            Dan diperjelas dengan Sabda Beliau dalam suatu Hadits
“Wahai segenap manusia, sesungguhnya Robbmu satu dan bapakmu satu. Tidak ada kelebihan bagi seorang Arab atas orang Ajam (bukan Arab) dan bagi seorang yang bukan Arab atas orang Arab dan yang (berkulit) merah atas yang hitam dan yang hitam atas yang merah, kecuali dengan ketakwaannya. Apakah aku sudah menyampaikan hal ini?” (HR. Ahmad)
      Jadi setiap manusia itu dimata Allah adalah sama yang membedakannya adalah ketaqwaan mereka bukan dari keturunan ataupun berdasarkan suku atau bangsa.
Setelah berpidato, lalu nabi bertanya kepada mereka,” Wahai orang-orang Quraisy, hukuman apa yang mesti aku lakukan terhadap kamu sekarang?” Mereka menjawab, ‘ Yang baik-baik, wahai saudara yang pemurah.” Lalu Nabi mengatakan, “Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas.”.
Dengan hati yang lega dan puas , penduduk Makkah dari keadaan panic dan cemas, berubah menjadi keadaan gembira dan sukaria, sejak saat itulah orang-orang Quraisy berduyun-duyun memeluk Islam. Mulai dari golongan yang serendah-rendahnya sampai kepada golongan yang setinggi-tingginya. Kepala-kepala perang mereka yang telah berkali-kali berperang melawan Nabi, sekarang dengan hati yang tulus ikhlas serta dengan iman yang teguh masuk agama islam, menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang riwayat hidup mereka tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam.
Demikianlah Islam datang tanpa permusuhan, tanpa dendam serta tanpa pertumpahan darah. Tidak pernah ada penaklukan tanpa pertumpahan darah dan tidak pernah ada ampunan seperti yang pernah diperlihatkan Nabi kepada orang yang ditaklukannya dalam sejarah dunia. Islam datang membawa perdamaian dan kebenaran. Islam maju dan berkembang karena kemuliaan Akhlaq Rasulullah SAW bukan dengan pemaksaan dan kekerasan karena tiada paksaan didalam memeluk agama islam

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates